Bulan Syawal identik dengan bulan nikah. Karena memang disunnahkan menikah pada bulan Syawal, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW saat menikahi Sayyidah Aisyah ra. Pertanyaannya adalah "situ calonnya ada gak?" hehe
Bicara tentang Ibnu Sina, beliau adalah salah satu ilmuwan muslim yang sangat masyhur didunia. dan salah satu karya fenomenalnnya yang menjadi rujukan banyak kampus-kampus dalam amaupun luar negeri adalah Qanun fi al-Thib. Beliau ilmuwan yang ahli dibanyak bidang, seperti filsafat, kimia, astronomi bahkan juga kedokteran, dan judul buku yang baru saja disebut adalah karya beliau dalam bidang kedokteran.
Sekarang kita ke topik utama mengenai "Menikah itu Obat". Salah satu teori kesehatan yang sangat terkenal dari beliau adalah bahwa sakit tidak melulu disebakan oleh lemahnya fisik tetapi bisa juga disebabkan oleh kondisi kejiwaan yang lemah. Teori ini ditemukannya ketika menangani seorang pasien yang sakit secara fisik tetapi bukan disebabkan karena gangguan fisik melainkan kejiwaannya sedang melemah.
Kisah ini sebenarnya cuup masyhur, tapi gue kembali mendapati kisah ini saat membaca artikel dari NU Online, yang mana Kisah tersebut selengkapnya dapat ditemukan sumbernya dalam buku Saints and Saviours of Islam karya Dr. Hamid Naseem Rafiabadi (Sarup & Sons; New Delhi, 1st Edition, 2005: 281-282), sebagai berikut:
Pada suatu hari seorang pemuda mengalami kondisi fisik yang sangat lemah. Sudah cukup lama ia berbaring sakit, tapi tak kunjung sembuh sebab tidak ada dokter yang bisa mendiagnosis sakitnya secara tepat. Dari hari ke hari sakitnya makin memburuk karena ia sudah tak mau makan dan juga tidak mau berbicara dengan siapa pun. Lalu didatangkanlah Ibnu Sina untuk memeriksa sang pemuda itu yang tak lain adalah keponakan seorang pejabat tinggi di Qabus. Mula-mula Ibnu Sina memeriksa denyut nadi sang pemuda itu dan meminta sang pejabat mendatangkan seseorang yang dapat menyebutkan nama-nama jalan dan lapangan rumput di kota Gurgan (400 km dari Teheran Iran). Kota ini terletak di dekat Laut Kaspia. Saat orang tersebut menyebut nama jalan tertentu, denyut nadi sang pemuda bedetak lebih kencang dan rona wajahnya berubah sangat cepat. Mengetahui hal ini Ibnu Sina kemudian meminta sang pejabat untuk mendatangkan seseorang yang dapat bercerita lebih banyak tentang keluarga-keluarga yang tinggal di jalan tertentu. Orang itu berhasil didatangkan dan Ibnu Sina memintanya untuk menyebutkan dengan suara keras nama-nama orang dalam keluarga itu. Dia lakukan hal itu sesuai perintah. Ketika dia menyebut nama seseorang dari anggota keluarga itu, angka denyut nadinya meninggi.
Mengamati hal itu, Ibnu Sina kemudian meminta sang pejabat mendatangkan seseorang yang mengenal dengan baik orang-orang dari anggota keluarga tersebut. Sang pejabat berhasil mendatangkan orang yang dimaksudkan oleh Ibnu Sina, yakni seseorang yang benar-benar kenal dengan orang-orang beserta nama-namanya dari anggota keluarga yang dimaksud. Ketika Ibnu Sina meminta orang itu menyebutkan nama-nama penghuni rumah keluarga itu dan sampai pada penyebutan nama gadis tertentu angka denyut nadi (tekanan darah) sang pemuda sangat tinggi. Kemudian Ibnu Sina menghampiri sang pejabat secara tertutup dan memberitahukan bahwa sang pemuda itu sedang kasmaran atau jatuh cinta kepada seorang gadis dari keluarga itu dan menyarankan supaya ia segera dinikahkan dengan gadis idamannya. Terbukti dengan direstuinya untuk segera menikah dengan sang gadis pujaannya, pemuda tersebut sembuh dari sakitnya.
Dari situlah Ibnu Sina berhasil mendiagnosis pemuda itu sakit bukan karena ada gangguan penyakit yang bersifat fisik tetapi lebih karena gangguan yang berifat kejiwaan. Dalam ilmu kedoteran hal ini disebut psikosomatis, yakni suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran mempengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya gangguan fisik. Kasus tersebut menunjukkan kebenaran teori Ibnu Sina bahwa sakit tak melulu disebabkan oleh fisik yang lemah, tapi bisa juga karena kejiwaan yang bermasalah. Teori in tidak sulit bagi Ibnu Sina karena beliau bukan saja seorang dokter tetapi juga rohaniawan. Beliau hafal Al-Qur’an di usia 10 tahun.
Muhammad Ishom, penulis konten seri ini di NU Online, melanjutkan suatu pembahasan terkait kisah diatas yakni teori baru tersebut memberikan perimbangan terhadap teori lama yang diabadikan dalam sebuah pepatah bahasa Arab yang berbunyi:
العقل السليم في الجسم السليم
Artinya: “Jiwa yang sehat terdapat dalam badan yang sehat.”
Dengan temuan teori baru dari Ibnu Sina tersebut, maka pepatah lama di atas sebetulnya dapat dimodifikasi dengan membaliknya menjadi:
الجسم السليم في العقل السليم
Artinya: “Badan yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat.”