Gak Malu Sama Iblis? - Al Faqih
News Update
Loading...

17 Februari 2019

Gak Malu Sama Iblis?

Apa karena efek dari suhu politik yang makin panas, setiap orang sekarang merasa dirinya yang paling benar. Terebih dengan dalih "bela agama", yang seolah-olah menunjukkan "kaum" mereka lebih agamis, lebih sholeh, lebih lurus, lebih 'alim dari "kaum" lainya.

Agama memang nomor satu baih mereka yang beriman. Tapi untuk konteks sekarang ini, kita yang berbeda dalam pilihan poitik seakan-akan beda aqidah, beda Tuhan, beda Nabi, beda pedoman (Al-Qur'an).

Pic Google

Semua hal yang berhubugan dengan politik di masukkan dalam ranah hal aqidah, yang seakan politik itu sudah masuk dalam hal rukun Iman yang pokok. Dari situ, gak heran kita mudah menjumpai judge seseorang dengan label "kafir", "munafik", "penista" dll bagi mereka yang tidak sejalan dalam pandangan politik.

Tugas kita itu adalah membenahi diri untuk menjadi yyang lebih baik. Merasa sudah baik? Yaa harus terus menjadi lebih dan lebih baik lagi.

Dalam surah Al Fatihah yaitu surah yang disebut dengan Sabu'ul Matsani, karena terus di ulang-ulang setiap kali kita shalat, terdapat pelajaran penting yang bisa kita ambil dari ayat ke-6 yang bunyinya:

Ihdinas siratal mustaqim

Terjemah: "Tunjukilah kami jalan yang lurus"

Apa maksudnya? Bukankah Nabi Muhammad saw. Sudah di bimbing oleh Allah dalam jalan yang benar? yakni Islam.

Ayat ini juga di fahami dengan senantiasa menunjukkan agar kita terus menerus menjadi insan yang senantiasa berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, yang mencari kebenaran terus menerus. Karena sejtinya, yang mengetahui benar atau salah itu hanyalah Allah swt.

Dalam pemahaman Al-Qur'an dan Hadis, para ulama-ulama kita tidak sedikit berbeda dalam memahami suatu konteks ayat atau hadis, bahkan terbentuknya mazhab-mazhab itu juga dipicu karena berbedanya ulama dalam memahami suatu masalah. 

Yang perlu kita sadari, permasalahan-permasalahan baru yang terus muncul itulah yang membuat lahirnya perbedaan di kalangan ulama. JIka seandainya, masih ada Nabi sampai saat ini, tentulah perbedaan itu tidak ada. KArena NAbi saw. adalah orang yang mendapatkan bimbingan langsung dari sang maha pemliki kebenaran. Kalau ada suatu masalah, langsung di tanya ke Nabi, di jawab, selesai deh.

Shirot di artikan sebagai jalan yang lebar dan luas. Artinya dalam memohon untuk di bimbing dalam jalan yang lurus, bisa melalui dengan berbagai macam cara yang beragam macamnya.

Itulah perbedaan. Walau banyak perbedaan, namun misi utama kita sama, yaitu Allah.

Dalam aspek  politik, tentulah kita memperjuangkan segala yang terbaik untuk negeri tercinta kita ini, Indonesia. Bahkan dari pihak pertahana maupun oposisi akan berjuang keras memberikan yang terbaik untuk negerinya.

Ayolah, kita sama-sama bergandengan untuk membangun negeri kita agar lebih baik. Ikhtilaf yang sekarnag ini marak terjadi akibat perbedaan pandangan suatu masalah kerap menjadi sebuah fitnah untuk kalangan kita sendiri. Membuat kita menjadi pribadi yang mudah marah, mudah tersiggung, tidak menghargai pebedaan dan masih banyak lagi.

Sekali lagi, hakikat kebenaran itu hanya ALlah yang tahu. Dalam Asmaul Husna, ALlah juga di sebut dengan nama 'Alim, maha mengetahui.

Tugas kita terus mencari tau. Jangn sampai kita merasa sok tau. Apalagi merasa paling tau. 

Bukankah Iblis adalah makhluk yang sangat 'alim? Paling mengerti tentang kebenaran? Bukankah Iblis juga makhluk yang paling dekat dengan Allah pada zaman dulu? Lalu mengapa ia di laknat?

Penyakitnya hanya satu, yaitu "Saya lebih baik dari dia Adam a.s)"

Jadi, gak malu sama Iblis nih? Ilmunya Iblis mengalahakan ilmunya para cendekiawan, profesor maupun para ahli. 

Yuk, jadikan perbedaan sebagai rahmat. 

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done